Putu Piring (IDFB#14)


Alhamdullilah, bisa setor pr idfb di awal-awal. Kali ini tantangan dari idfb adalah beras. Idfb bekerja sama dengan Pure Green Organic Rice untuk menghadirkan hidangan masakan Indonesia. Yang paling keren dari Pure Green Organic Rice itu adalah variasi beras organiknya yang sangat banyak. Ada beras pandan wangi, beras putih long grain, beras merah, beras kombinasi (percampuran antara beras merah dan beras putih), beras coklat, beras hitam, beras black combination (campuran beras hitam dan beras putih), beras multi ethnic (campuran dari semua beras). Wahh ternyata masih banyak ya beras yang belum pernah saya icipi.

Kali ini saya membuat putu piring. Putu piring lebih dikenal di Malaysia. Kalau di Indonesia dikenal dengan nama putu mangkuk. Dibuat dengan menggunakan cetakan cucing atau cetakan lainnya. Di Pontianak, kami juga menggunakan nama putu piring untuk kue ini. Di Pontianak juga dikenal putu buluh (buluh = bambu) yang biasa dijual abang-abang yang pakai sepeda. Kalau putu buluh yang dijual di Pontianak warnanya hijau, kalau putu piring warnanya putih.

Saya jadi semangat untuk bikin putu piring gara-gara postingan Mba Diah Didi tentang putu bambu. Saya bertekad, suatu hari saya pasti akan coba untuk membuatnya. Memang lebih mudah beli ketimbang bikin. Tapi kalau ga pernah bikin saya ga akan belajar. Siapa tahu suatu hari nanti saya jadi juragan putu piring. Kebetulan ada tantangan dari idfb, sekalian saja saya belajar untuk membuatnya.

Menurut Mba Diah Didi, kue putu memang harus dibuat dari beras asli, jika menggunakan tepung beras kemasan siap pakai maka kuenya akan bau tepung. Tepung beras hasil gilingan sendiri jika diraba akan bertekstur kasar dan berpasir serta wangi beras (apalagi jika menggunakan beras pandan wangi), sedangkan tepung beras kemasan teksturnya sangat halus dan tidak ada wangi berasnya.


Uji coba membuat putu piring ini saya lakukan selama 3 kali. Percobaan pertama saya lakukan sesuai yang diposting Mba Diah Didi, beras saya tumbuk sendiri. Hasilnya ternyata ga mudah untuk menghaluskannya. Tapi saya nekat aja untuk mengukusnya. Alhasil, beras yang saya tumbuk malah mirip nasi aking. Keras dan berbutir besar-besar. Karena sayang dengan berasnya, beras yang gagal akhirnya dibikin bubur. Dan kami pun sarapan dengan bubur hasil tumbukan saya.

Percobaan kedua saya gunakan grinder (blender khusus untuk menghaluskan biji-bijian), dihaluskan sedikit demi sedikit sampai benar-benar halus. Saya kukus selama 10 menit, kemudian saya bentuk di piring, kasi gula merah, kukus lagi selama 20 menit. Hasilnya tepungnya masih mentah. Karena mubazir jika dibuang, saya makan juga putu piringnya.

Percobaan ketiga ternyata berhasil, persis seperti putu piring yang dijual di tepi jalan. Bedanya cuma di gula merahnya, putu piring yang dijual gula merahnya sedikit, putu piring yang saya buat, saya kasi gula merah banyak-banyak. Dari segi penampilan kurang menarik karena banyak yang bocor. Tapi gula merah yang meleleh itu yang bikin putu piringnya tambah seksih dan tentu tambah nikmat. Awalnya mau menggunakan piring makan, tetapi karena khawatir lama matangnya, akhirnya saya menggunakan piring kecil untuk sambal berbahan keramik sebagai tempat mencetak putu piring. Saya kurang tahu jika yang jualan itu menggunakan piring apa. Yang pasti lebih besar dan lebih dalam dari piring sambal.


Bahan:
200 gram beras pure green organic pandan wangi, rendam selama 5 jam, haluskan, ayak.
100 gram air hangat
100 gram gula merah kualitas bagus, sisir kasar
4 helai daun pandan
Kelapa parut secukupnya + 1/2 sdt garam, aduk rata, kukus 15 menit

Cara Membuat
- Panaskan kukusan, beri daun pandan di air kukusan, alasi tutup kukusan dengan serbet, biarkan beruap banyak.
- Kukus beras pure green organic pandan wangi selama 60 menit.
- Setelah dikukus, hilangkan uap panasnya, perciki dengan air hangat sambil diaduk rata hingga tidak ada yang menggumpal, dinginkan.
- Setelah tepung beras dingin, ayak dengan saringan kasar hingga hasilnya berbulir-bulir. Ketika diraba akan terasa kasar dan kering.
- Cek kukusan, tambahi airnya bila perlu. Biarkan beruap banyak.
- Taruh tepung beras di dasar piring, beri gula merah, tutupi dengan tepung beras lagi. Padatkan dengan cara ditekan-tekan dengan jari.
- Kukus beserta piringnya selama 30 menit.
- Angkat, dinginkan, keluarkan dari piringnya dengan menggunakan sendok tipis, sajikan dengan kelapa parut.
- Hasil 9 buah (tergantung ukuran piring).

Resep saya pelajari dari berbagai sumber. Untuk referensi silakan cek: Diah Didi's Kitchen, Dapur Iis Sukendar, Sajian Sedap, dan Bukunya Sisca Susanto - Aneka Kue Putu.

18 komentar:

  1. Kereennn thanks udah ikutan yaaa

    BalasHapus
  2. Asli seru ceritanya mbak, kalau di sulawesi namanya putu cangkir walaupun bikinnya gak pake cangkir ^^. Semoga menang yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Putu cangkirnya tetep dibikin menggunakan piring kecil ya Mba Hesti, tapi agak dalam. Indonesia sangat unik ya. Satu kue bisa beragam namanya. Terima kasih sudah berkunjung.

      Hapus
  3. Baru tau ada putu di piring, asal heatproof aja kali ya, takutnya pecah, hehehe
    tp salut deh buat perjuangannya!!!
    salam kenal mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mba.
      Insya Allah ga akan pecah kok mba piringnya. Kalau mau menggunakan piring yang berbahan stainless atau alumunium juga boleh.
      Terima kasih sudah berkunjung.

      Hapus
  4. mbak, saya udah percobaan 3 kali sesuai resep diatas, kenapa putu nya masih kelihatan mentah ya pinggirnya masih terasa tepung kering ? dan gak menyatu, padahal udah saya kukus lama. dan apakah ketika memngukus tepung itu bener 1 jam ? yang terjadi bukankah menggumpal dan sulit diayak ? thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf lama baru dibalas. Komentnya ga masuk di link saya. Betul mba satu jam. Tepung berasnya memang akan menggumpal. Diayak pun masih akan berpasir kok.

      Hapus
  5. Mbak, mau tanya, jadinya yang berhasil menghaluskannya pakai apa? Dan apa kelebihan percobaan yang ketiga dibanding yang kedua. Terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetep dihaluskan pakai blender yang khusus untuk menghaluskan biji-bijian Mba Dian. Kalau mau beli tepung beras yang dihaluskan di pasar tradisional juga bisa. Jangan tepung beras kemasan ya.

      Bedanya di lama pengukusan dari tepung mentah menjadi tepung setengah matang. Di percobaan kedua, saya kukus 30 menit tapi masih mentah. Di percobaan ketiga, saya kukus 60 menit, alhamdulilah mateng.

      Hapus
  6. Senang ya mbak bisa berhasil. Jadi tambah penasaran pengen coba. Terima kasih penjelasannya ya mbak.. semoga Allah membalas dengan kebaikan. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan dicoba Mba Dian. Terima kasih sudah mampir ya.

      Hapus
  7. Mba.. Sebelum di kukus 1 jam apakah tepung di campur air apa nggak ya?
    Soalnya tadi nyobak tepung tanpa air tk kukus 1 jam cuma berubah agak berbutir aja... Apa perlu di uleni sama air sebelum dikukus tepung nya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tepung dikukus memang supaya berbutir Mba. Jangan ditambahi air, cuma dipercik saja. Ketika diisi ke piring pun kondisi tepung masih berbutir.

      Hapus
    2. Ooh gitu mba.. Kemarin saya nyoba tepung beras langsung saya kukus 1 jam masih tepung ya mba.. Ada tips biar jadi setengah matang mba..

      Hapus
  8. Mba apa saya bisa pesan kukusan putu piring yg sama persis kya malaysia?

    BalasHapus