Bingka Cempedak (YKMK#1)


Postingan pedana saya untuk ikutan Your Kitchen My Kitchen (YKMK). Sebuah grup baru di fb yang dirintis Mba Linda Maitimu Timman, Mba Anita Jacobson dan Mba Veronica Dhani. Untuk tantangan pertama dari YKMK ini adalah Jajanan Pasar Tradisional Indonesia.

Masih dengan edisi melimpahnya cempedak di Pontianak, jadi kali ini saya cobain bikin bingka cempedak. Ternyata cempedak dikreasikan ke kue mantap rasanya. Tahu ada bingka cempedak pun karena ga sengaja nyari cempedak cake, eh ketemu si bingka cempedak. Menurut saya, kue bingka dan lumpur itu sebenarnya teksturnya hampir sama jika dipanggang di atas kompor. Mungkin di Jawa mengenalnya sebagai kue lumpur, tetapi di Kalimantan mengenalnya sebagai bingka dan Kepulauan Riau mengenalnya sebagai bolu kemojo. Bingka juga aslinya dipanggang di atas kompor. Tetapi sekarang banyak yang membuat bingka dengan cara dioven. Kue lumpur identik dengan bentuk bulat. Bingka Kalimantan identik dengan bentuk bunga berkelopak enam. Kalau bolu kemojo identik dengan bunga berkelopak delapan. Di kota saya sudah mulai banyak yang membuat bingka menggunakan cetakan kue lumpur. Alasannya supaya kalau dijual lebih rapi karena dijual satuan, bukan dipotong-potong seperti bingka pada umumnya. Dengan menggunakan cetakan lumpur pun, kue akan lebih cepat matang daripada menggunakan cetakan bingka yang berbentuk bunga. Ketika dulu ada liputan koki cilik di salah satu hotel di Samarinda juga membuat bingka menggunakan cetakan kue lumpur. Tetapi tetap saja mayoritas kue bingka yang beredar dan dijual itu berbentuk bunga.


Resep saya gunakan dari Sajian Sedap. Untuk 1 resep hasilnya 20 buah dengan ukuran diameter 6 cm. Tekstur adonan memang sangat cair, jadi jangan kaget ya. Adonan yang saya bikin setelah dicampur dengan tepung dan adonan santan masih menggerindil. Akhirnya semua adonan saya blender kembali. Kalau ada yang mau menyaringnya juga boleh supaya tidak menggerindil. Di resep, kue bingkanya dioven. Yang kali ini saya bikin, bingkanya saya panggang di atas kompor.

Bahan:
100 gram cempedak, tanpa biji
200 ml santan dari 1/2 butir kelapa (saya gunakan 50 gr santan bubuk instant dijadikan 200 ml)
6 butir telur bebek (saya gunakan telur ayam)
150 gram gula pasir
75 gram tepung terigu protein sedang
1/2 sendok teh garam
20 gram tepung beras
2 tetes pewarna kuning (saya ga pake)
25 gram kenari, diiris panjang (saya ga pake)

Cara Membuat :
- Blender cempedak dan santan sampai halus.
- Kocok telur dan gula pasir sampai gula larut.
- Tambahkan tepung terigu, garam, dan tepung beras sambil diayak dan dikocok bergantian dengan campuran santan sedikit-sedikit sambil dikocok perlahan.
- Tuang ke loyang diameter 18 cm tinggi 6 cm yang dioles margarin dan dialas kertas roti. (saya panaskan cetakan kue lumpur dengan api yang sangat kecil, biarkan hingga panas, tes dengan sedikit adonan, apabila mendesis, maka loyang sudah bisa digunakan. Tuangi adonan hingga 3/4 tingginya, tutupi cetakannya)
- Oven 85 menit dengan suhu 160 derajat Celsius. (panggang hingga matang, tanda sudah matang adalah bagian atasnya akan kering apabila disentuh)

2 komentar:

  1. Wah ada cempedaknya, lama sekali saya tidak makan cempedak. Idenya kreatif Mba Rika...
    Terima kasih untuk ikut serta dalam Challenge #1 YKMK 2014, success.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Belanda ga ada cempedak ya bu Lynda?
      Terima kasih sudah berkunjung Ibu Lynda.

      Hapus